Porter (1996) mendefinisikan strategi sebagai "penciptaan posisi unik dan berharga yang didapatkan dengan melakukan serangkaian aktivitas." Porter menjabarkan tiga basis posisi strategi. Ketiganya tidak mutually exclusif dan seringkali saling bersinggungan. Basis Pertama didapatkan dengan memproduksi bagian kecil (subset) sebuah produk dari industri tertentu. Porter menyebutkan sebagai variety-based positioning karena posisi ini berasal dari pemilihan produk, bukan berdasarkan segementassi konsumen. Dengan kata lain, perusahaan berusaha memenuhi sedikit kebutuhan dari banyak orang. Porter menyontohkan Jiff Lube International yang hanya memproduksi pelicin (lubricant) otomotif dan tidak menawarkan produk perawatana lainnya. Variety-based positioning efektif bila perusahaan memiliki kemampuan mekciptakan produk subset tersebut dengan baik, jauh lebih unggul dibanding pesaingnya.
Basis kedua adalah melayani sebagian besar atau bahkan seluruh kebutuhan konsumen tertentu, yang disebut sebagai needs-based positioning. Contohnya adalah IKEA yang berusaha memenuhi seluruh kebutuhan mebel, bukan hanya sebagian (subsea), untuk target pasarnya. Posisi ini didapat dengan melakukan serangkaian aktivitas dengan cara yang berbeda yang dilakukan pesaing. Apabila tidak ada perbedaan dalam aktivitas, konsumen tidak akan mampu membedakan perusahaan bersangkutan dengan pesaing. Varian dari model ini adalah memenuhi target pasar untuk waktu yang berbea-beda. Seorang konsumen, mislanya memiliki kebutuhan yang berbeda ketika ia melakukan perjalanan untuk bisnis dam ketika dia melakukan perjalanan untuk liburan. Perusahaan bisa mengambil posisi untuk mengambil kebutuhan yang berbeda-beda dari target pasar yang sama.
Basis ketiga didapat dengan menargetkan konsumen yang dapat diakses dalam cara yang berbeda, yang disebut access-based positioning. Konsumen-konsumen ini, meskipun memiliki kebutuhan dan keinginan yang hampir sama dengan konsumen lainnya, kebutuhan konfigurasi yang berbeda untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Porter mencontohkannya lewat Carmike Cinemas, yang mengoperasikan biosko hanya di kota-kota kecil yang padat, namun dengan populasi kurang ari 200.000 orang. Meskipun pasarnya kecil dengan kemampuan pembeliannya di bawah kota besar, Carmike Cinemas berhasil meraih keuntungan karena melakukan aktifitas berbeda dengan yang ditawarkan bioskop-bioskop di kota besar, misalnya dengan melakukan standarisasi, mmebuka hanya sedikit studio dan menggunakan teknologi proyektor yang lebih rendah dibanding dengan bioskop di kota besar.
No comments:
Post a Comment